Objek wisata alam yang cukup potensial di Kalimantan Tengah
cukup banyak tersebar di daerah, bahkan seringkali di pelosok desa pun bisa
dijumpai. Hal ini merupakan aset daerah yang mesti dilestarikan dan dijaga
keberadaanya, karena disamping mengandung daya tarik wisata dengan keindahan
bentang alamnya juga banyak menyimpan nilai-nilai kultural yang tinggi dan kaya
ragam budayanya. Salah satunya adalah situs alami Batu Suli yang terletak di
Kabupaten Gunung Mas. Jarak kabupaten tersebut dari ibukota propinsi kurang
lebih 200 km dengan jarak tempuh menggunakan transportasi darat kurang lebih 5
jam perjalanan. Perjalanan dengan menggunakan mesin perahu dari pelabuhan Tewah
dapat di tempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam.
Letak objek alam Batu Suli yang berdiri kokoh
ini berdekatan dengan lokasi areal eks HPH PT. Sikatan Wana Raya dan HPH PT.
Domas Raya Kecamatan Tewah, masuk wilayah Sungai Kahayan dan Sungai Miri,
tepatnya di Desa Batu Nyiwuh. Jenis tanah pada wilayah ini pada umumnya
podsolik merah kuning dan podsolik merah serta jenis tanah aluvial yang banyak
dijumpai di sepanjang sungai. Jenis tanah berlempung seperti ini termasuk cukup
subur untuk menumbuhkan berbagai jenis tumbuhan. Apalagi ditunjang dengan tipe
iklim A (nilai Q = 5.2%) dengan curah hujan yang cukup tinggi yang terjadi
mulai bulan Oktober sampai Mei, menopang terbentuknya klimaks tipe hutan hujan
tropis basah (tropical rain forest) yang sangat kaya keanekaragaman hayati di
dalamnya.
Menurut
ceritanya, nama Batu Suli diambil dari nama buah hutan yang tumbuh di atas
bukit batu tersebut yaitu Buah Suli, kulitnya berwarna krem, dagingnya berwarna
bening tipis dan bijinya berwarna hitam. Bentuk dan ukuran buah ini agak bulat
lonjong sebesar kelingking perempuan remaja dengan panjang kurang lebih 10 cm.
Rasa buahnya sangat manis dengan aroma yang khas. Sungguh sangat disayangkan
karena keberadaan buah ini sudah mulai langka dan sulit untuk mendapatkannya.
Menikmati
pemandangan selama perjalanan menuju tempat tersebut akan banyak dijumpai pohon
dari famili meranti-merantian (Depterocarpaceae), jenis yang mendominasi hutan
alam hujan tropis, dengan tajuk yang tinggi dan lebar berpadu dengan arsitektur
batang yang indah. Sesekali pemandangan dihiasi dengan panorama alam yang
berbukit-bukit hijau membentang terhampar dengan bentuk jalan yang berkelok
menyerupai ular merayap di bukit menambah khasanah keindahan alamnya. Tidak
ketinggalan nuansa khas permukiman masyarakat Dayak dengan rumah-rumah panggung
yang bertebaran di tepi sungai serta lanting (rumah terapung) yang berderet di
sungai. Kesemuanya berpadu menciptakan suasana alam di pedalaman Kalimantan
yang eksotis.
Bila
dilihat dari kejauhan Batu Suli tampak bagaikan raksasa perkasa yang berdiri
tegak menjulang di tepi sungai, sementara kakinya bermain di riak air yang
deras bersama bebatuan yang indah. Yang menarik lagi adalah terdapatnya Batu
Antang yang berbentuk seperti goa atau lobang kecil, merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan karena berada di kawasan Batu Suli itu sendiri. Batu
Antang ini mengandung nilai ritual dan mistis yang masih dijunjung tinggi oleh
masyarakat setempat. Ada segelintir mitos yang masih melegenda bahwa kalau
seseorang bisa melewati goa atau lobang tersebut maka kehidupannya akan
membaik, rejekinya akan bertambah dan hal-hal positif lainnya. Namun demikian
untuk mencapai Batu Antang kita harus bersabar dan bisa memakan waktu hingga
berjam-jam karena melewati beberapa jalan yang agak sulit dan terjal. Tapi
kesulitan itu akan segera terabaikan manakala merasakan sejuk udara yang
melingkupinya.
Nampaknya
keberadaan Batu Suli ini cukup populer dan telah menginspirasi pendiri
kampung-kampung yang berada di sekitarnya dan di sepanjang aliran Sungai
Kahayan dan wilayah Katingan di daerah hulu untuk memberi nama kampung mereka
dengan nama batu-batu. Konon batu-batu tersebut adalah pecahan-pecahan Batu Suli yang
membatasi aliran Sungai Kahayan dan Sungai Barito hingga terseret arus
terdampar di tempat-tempat tertentu lalu oleh masyarakat setempat diabadikan
sebagai nama desa. Beberapa diantaranya adalah Batu Mahasur terletak di desa
Tumbang Pajange. Batu Badinding terletak di wilayah Katingan, Batu Nyapau
terletak di desa Nyapau dekat dengan Kecamatan Tewah. Batu Ampang berdekatan
dengan Desa Batu Nyiwuh. Batu Nyiwuh sendiri adalah nama Desa tempat tegak
berdiri kokohnya Batu Suli, dan yang lainnya adalah Batu Ampar.
Sampai
saat ini, objek wisata alam Batu Suli masih sangat memprihatinkan keadaanya,
jauh dari harapan masyarakat sekitar yang ingin menggantungkan hidup dari
keberadaannya. Kehidupan masyarakat sekitarnya umumnya bekerja dan masih
menggantungkan hidupnya pada alam sekitar, berladang, mencari rotan, getah
serta berburu binatang untuk mengisi waktu luang. Kondisi ini dimungkinkan
karena letaknya yang sangat jauh dari ibukota propinsi dan biaya yang relatif
masih mahal serta sarana dan prasarana di tempat tersebut yang belum memadai
bagi pengunjung yang ingin bermalam dan melepaskan lelah di sana. Hal ini
tentunya menjadikan objek wisata alam Batu Suli ini menjadi tertinggal.
Terlebih lagi dikarenakan kurangnya media massa dalam mengekspos tentang
keberadaan dan keunikannya.
Kalau
kita simak dengan seksama aset tersebut sangatlah mendukung guna meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) setempat dan juga mampu menciptakan lapangan kerja
bagi masyarakat setempat serta mampu mengenalkan dan mengangkat kota Kabupaten
Gunung Mas dimata daerah lain, karena di sini cukup menjanjikan untuk
refressing dengan menikmati alam dan udara yang bersih di atas batu yang
menjulang tinggi di tepi sungai. Tak cukup itu saja, di bawah objek wisata ini
mengalir air yang cukup deras dengan riam yang berbatu terjal, cukup menantang
bagi generasi muda yang gemar berolah raga air, khususnya olah raga arung
jeram. Bahkan memungkinkan juga untuk dijadikan sebagai arena arung jeram dalam
skala nasional.
Ditinjau
dari keunikan dan keindahan alamnya, objek wisata Batu Suli sangat potensial
keberadaannya jika dikelola dengan baik. Hal ini tentunya harus adanya campur
tangan manusia dan kerja keras, proaktif dengan masyarakat serta dengan
pihak-pihak terkait dalam mempromosikan serta mengelola objek wisata ini
nantinya. Pada akhirnya diharapkan pengelolaan objek wisata alam ini mampu
memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat sekitarnya. Jalan ke arah
promosi wisata sebenarnya telah ada setitik cahaya terang, yaitu nama Batu Suli
telah digunakan sebagai nama jalan dan nama hotel berbintang di Kota Palangka
Raya, ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Seringkali orang bertanya-tanya
tentang nama yang unik ini, namun belum tersedia informasi yang memuaskan bagi
para tamu mengenai keberadaan dan potensinya.
Sebagai
catatan akhir, kalau kita menjadikan Batu Suli sebagai salah satu tujuan wisata
andalan, marilah dari sekarang kita mulai menjaga kelestariannya dan
mempromosikannya ke dunia luar. Jangan sampai terjadi alih-alih tersohor ke
telinga dan mata para pelancong, Batu Suli malah semakin dilupakan dan akhirnya
hanya menjadi salah satu dari batu batu yang selamanya terdiam!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar