Sepak sawut merupakan permainan tradisional yang
banyak digemari oleh masyarakat bukan hanya kalangan muda tetapi banyak juga
orang tua yang menggemari permainan yang satu ini terutama warga masyarakat
Kalimantan. Sepak sawut yaitu sebuah permainan seperti permainan sepak bola
pada umumnya. Namun yang membedakan dengan permainan sepak bola yaitu pada bola
yang digunakan untuk bermain merupakan bola yang berapi...
Bolanya dapat terbuat dari bongkahan sabuk kelapa tua yang
telah kering dengan terlebih dahulu airnya dibuang lalu bongkahan tersebut
direndam menggunakan minyak tanah. Tujuannya supaya minyak meresap kedalam serat-serat bola
kelapa tersebut. Supaya lebih seru lagi permainan ini dimainkan pada malam
hari. Ini memiliki keindahan tersendiri, karena penerangan hanya menggunakan
lampu seadanya dan cahaya kebanyakan bersumber dari bola api yang dimainkan.
Peraturan main juga hampir sama, tidak berbeda jauh dengan main sepak bola pada
umumnya yang terdiri dari dua gawang, gawang kita dan gawang musuh. Satu tim
terdiri dari lima orang pemain. Lapangan yang digunakan tidak berbeda jauh
dengan luas lapangan bola basket. Pertandingan dipimpin oleh seorang wasit. Siapa yang banyak memasukkan bola
ke gawang lawan maka tim tersebut yang dinyatakan sebagai pemenang dalam lomba.
ahulunya
sepak bola yang satu ini dimainkan pada saat orang ingin membuka ladang
berpindah. Karena kebanyakkan pada tempo dulu di Kalimantan hampir semua kegiatan dilakukan
secara gotong-royong seperti membangun rumah, membuka ladang, menanam padi,
memanen padi yang dilakukan secara bersama-sama atau dalam bahasa daerahnya
“handep”. Permainan sepak sawut sekarang sudah agak jarang kita temukan.
Artinya permainan ini hampir langka hanya pada waktu-waktu tertentu saja kita
dapat menyasikannya, misal pada perayaan ulang tahun Propinsi Kalteng, ulang
tahun kabupaten, festival-festival budaya.
Pasti yang terlintas dalam benak kita sekaligus menjadi
pertanyaan yang segera membutuhkan jawaban bahwa apakah para pemain sepak sawut
tersebut tidak merasa sakit/panas karena api bersentuhan langsung dengan kaki
para pemainnya? Para pemain juga tidak menggunakan sepatu dalam bermain seperti main
bola pada umumnya. Selama ini tidak ada yang sampai terbakar atau merasa sakit
setelah main sepak sawut. Akan hal tersebut saya kurang terlalu mengerti juga.
Yang pasti para pemainnya tidak terlalu memikirkan hal tersebut dan mereka
merasa menikmati pertandingan yang berlangsung.
Apabila budaya seperti itu dapat terus dilestarikan sebagai
generasi muda Kalimantan maka tidak menutup kemungkinan budaya tersebut menjadi
tontonan yang menarik bagi ratusan orang dari pulau yang berbeda atau para
turis mancanegara yang datang untuk berkunjung ke Kalimantan hanya ingin menyaksikan
pertandingan yang tidak akan terlupakan. Artinya dapat menjadi suatu objek
wisata yang bakal banyak digemari. Secara tidak langsung akan meningkatkan
perekonomian daerah melalui sektor pariwisata. Ekonomi masyarakat akan tumbuh
dan banyak sektor lain juga yang akan berkembang oleh hal itu.
satu tim hanya diperkuat lima orang dengan ukuran
arena seluas lapangan bola basket.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar