Jumat, 17 Mei 2013

Tempat Wisata Kalimantan Tengah : Bukit Batu suli


Objek wisata alam yang cukup potensial di Kalimantan Tengah cukup banyak tersebar di daerah, bahkan seringkali di pelosok desa pun bisa dijumpai. Hal ini merupakan aset daerah yang mesti dilestarikan dan dijaga keberadaanya, karena disamping mengandung daya tarik wisata dengan keindahan bentang alamnya juga banyak menyimpan nilai-nilai kultural yang tinggi dan kaya ragam budayanya. Salah satunya adalah situs alami Batu Suli yang terletak di Kabupaten Gunung Mas. Jarak kabupaten tersebut dari ibukota propinsi kurang lebih 200 km dengan jarak tempuh menggunakan transportasi darat kurang lebih 5 jam perjalanan. Perjalanan dengan menggunakan mesin perahu dari pelabuhan Tewah dapat di tempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam.


Letak objek alam Batu Suli yang berdiri kokoh ini berdekatan dengan lokasi areal eks HPH PT. Sikatan Wana Raya dan HPH PT. Domas Raya Kecamatan Tewah, masuk wilayah Sungai Kahayan dan Sungai Miri, tepatnya di Desa Batu Nyiwuh. Jenis tanah pada wilayah ini pada umumnya podsolik merah kuning dan podsolik merah serta jenis tanah aluvial yang banyak dijumpai di sepanjang sungai. Jenis tanah berlempung seperti ini termasuk cukup subur untuk menumbuhkan berbagai jenis tumbuhan. Apalagi ditunjang dengan tipe iklim A (nilai Q = 5.2%) dengan curah hujan yang cukup tinggi yang terjadi mulai bulan Oktober sampai Mei, menopang terbentuknya klimaks tipe hutan hujan tropis basah (tropical rain forest) yang sangat kaya keanekaragaman hayati di dalamnya.



Menurut ceritanya, nama Batu Suli diambil dari nama buah hutan yang tumbuh di atas bukit batu tersebut yaitu Buah Suli, kulitnya berwarna krem, dagingnya berwarna bening tipis dan bijinya berwarna hitam. Bentuk dan ukuran buah ini agak bulat lonjong sebesar kelingking perempuan remaja dengan panjang kurang lebih 10 cm. Rasa buahnya sangat manis dengan aroma yang khas. Sungguh sangat disayangkan karena keberadaan buah ini sudah mulai langka dan sulit untuk mendapatkannya.



Menikmati pemandangan selama perjalanan menuju tempat tersebut akan banyak dijumpai pohon dari famili meranti-merantian (Depterocarpaceae), jenis yang mendominasi hutan alam hujan tropis, dengan tajuk yang tinggi dan lebar berpadu dengan arsitektur batang yang indah. Sesekali pemandangan dihiasi dengan panorama alam yang berbukit-bukit hijau membentang terhampar dengan bentuk jalan yang berkelok menyerupai ular merayap di bukit menambah khasanah keindahan alamnya. Tidak ketinggalan nuansa khas permukiman masyarakat Dayak dengan rumah-rumah panggung yang bertebaran di tepi sungai serta lanting (rumah terapung) yang berderet di sungai. Kesemuanya berpadu menciptakan suasana alam di pedalaman Kalimantan yang eksotis.



Bila dilihat dari kejauhan Batu Suli tampak bagaikan raksasa perkasa yang berdiri tegak menjulang di tepi sungai, sementara kakinya bermain di riak air yang deras bersama bebatuan yang indah. Yang menarik lagi adalah terdapatnya Batu Antang yang berbentuk seperti goa atau lobang kecil, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan karena berada di kawasan Batu Suli itu sendiri. Batu Antang ini mengandung nilai ritual dan mistis yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Ada segelintir mitos yang masih melegenda bahwa kalau seseorang bisa melewati goa atau lobang tersebut maka kehidupannya akan membaik, rejekinya akan bertambah dan hal-hal positif lainnya. Namun demikian untuk mencapai Batu Antang kita harus bersabar dan bisa memakan waktu hingga berjam-jam karena melewati beberapa jalan yang agak sulit dan terjal. Tapi kesulitan itu akan segera terabaikan manakala merasakan sejuk udara yang melingkupinya.



Nampaknya keberadaan Batu Suli ini cukup populer dan telah menginspirasi pendiri kampung-kampung yang berada di sekitarnya dan di sepanjang aliran Sungai Kahayan dan wilayah Katingan di daerah hulu untuk memberi nama kampung mereka dengan nama batu-batu. Konon batu-batu tersebut adalah pecahan-pecahan Batu Suli yang membatasi aliran Sungai Kahayan dan Sungai Barito hingga terseret arus terdampar di tempat-tempat tertentu lalu oleh masyarakat setempat diabadikan sebagai nama desa. Beberapa diantaranya adalah Batu Mahasur terletak di desa Tumbang Pajange. Batu Badinding terletak di wilayah Katingan, Batu Nyapau terletak di desa Nyapau dekat dengan Kecamatan Tewah. Batu Ampang berdekatan dengan Desa Batu Nyiwuh. Batu Nyiwuh sendiri adalah nama Desa tempat tegak berdiri kokohnya Batu Suli, dan yang lainnya adalah Batu Ampar.



Sampai saat ini, objek wisata alam Batu Suli masih sangat memprihatinkan keadaanya, jauh dari harapan masyarakat sekitar yang ingin menggantungkan hidup dari keberadaannya. Kehidupan masyarakat sekitarnya umumnya bekerja dan masih menggantungkan hidupnya pada alam sekitar, berladang, mencari rotan, getah serta berburu binatang untuk mengisi waktu luang. Kondisi ini dimungkinkan karena letaknya yang sangat jauh dari ibukota propinsi dan biaya yang relatif masih mahal serta sarana dan prasarana di tempat tersebut yang belum memadai bagi pengunjung yang ingin bermalam dan melepaskan lelah di sana. Hal ini tentunya menjadikan objek wisata alam Batu Suli ini menjadi tertinggal. Terlebih lagi dikarenakan kurangnya media massa dalam mengekspos tentang keberadaan dan keunikannya.



Kalau kita simak dengan seksama aset tersebut sangatlah mendukung guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) setempat dan juga mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat serta mampu mengenalkan dan mengangkat kota Kabupaten Gunung Mas dimata daerah lain, karena di sini cukup menjanjikan untuk refressing dengan menikmati alam dan udara yang bersih di atas batu yang menjulang tinggi di tepi sungai. Tak cukup itu saja, di bawah objek wisata ini mengalir air yang cukup deras dengan riam yang berbatu terjal, cukup menantang bagi generasi muda yang gemar berolah raga air, khususnya olah raga arung jeram. Bahkan memungkinkan juga untuk dijadikan sebagai arena arung jeram dalam skala nasional.



Ditinjau dari keunikan dan keindahan alamnya, objek wisata Batu Suli sangat potensial keberadaannya jika dikelola dengan baik. Hal ini tentunya harus adanya campur tangan manusia dan kerja keras, proaktif dengan masyarakat serta dengan pihak-pihak terkait dalam mempromosikan serta mengelola objek wisata ini nantinya. Pada akhirnya diharapkan pengelolaan objek wisata alam ini mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat sekitarnya. Jalan ke arah promosi wisata sebenarnya telah ada setitik cahaya terang, yaitu nama Batu Suli telah digunakan sebagai nama jalan dan nama hotel berbintang di Kota Palangka Raya, ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Seringkali orang bertanya-tanya tentang nama yang unik ini, namun belum tersedia informasi yang memuaskan bagi para tamu mengenai keberadaan dan potensinya.


Sebagai catatan akhir, kalau kita menjadikan Batu Suli sebagai salah satu tujuan wisata andalan, marilah dari sekarang kita mulai menjaga kelestariannya dan mempromosikannya ke dunia luar. Jangan sampai terjadi alih-alih tersohor ke telinga dan mata para pelancong, Batu Suli malah semakin dilupakan dan akhirnya hanya menjadi salah satu dari batu batu yang selamanya terdiam!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar